Kamis, 06 Oktober 2011

Berita

Penelitian PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS KAYEN

PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS KAYEN
DESA KAYEN, KECAMATAN KAYEN, KABUPATEN PATI, PROPINSI JAWA TENGAH
Pendahuluan
Kegiatan penelitian Arkeologi Situs Kayen yang dilaksanakan dari tanggal 12 – 18 September 2011 di Dusun Buloh, Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah merupakan tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya yaitu peninjauan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah pada bulan Agustus tahun 2010 dan Peninjauan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta pada bulan Mei 2011. Kegiatan penelitian arkeologi ini juga melibatkan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah dan dibantu beberapa orang tenaga lokal

Secara administratif Situs Kayen berada di lahan persawahan sebelah Tenggara Dusun Buloh, Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis terletak antara 111° 00’ 17,0” Bujur Timur dan 06° 54’ 11.8” Lintang Selatan. Tidak jauh dari situs ini telah lebih dahulu ditemukan tinggalan masa lampau berupa dua pohon jati berukuran besar berjajar Utara - Selatan yang oleh masyarakat setempat diyakini sebagai “nisan” makam Ki Gede Miyono cikal bakal masyarakat Kayen.

Maksud dilakukannya penelitian arkeologi di Situs Kayen adalah untuk mengungkap kebenaran ada tidaknya tinggalan bangunan kuna yang diperkirakan sebuah candi yang dibuat dari bata. Adapun tujuan dari penelitian ini pertama memberikan kontribusi akademis terkait dengan Sejarah Kebudayaan Indonesia. Temuan bangunan candi di daerah pantai utara Jawa Tengah khususnya merupakan sesuatu yang langka, lebih-lebih apabila dapat diketahui bahwa bangunan tersebut sejaman dengan bangunan candi – candi di Jawa Tengah bagian Selatan. 
Hasil yang dicapai
Penelitian arkeologi Situs Kayen berhasil menemukan sisa – sisa 2 (dua) buah bangunan candi yang masing – masing berdenah bujur sangkar dan berukuran 6 m x 6 m dan 4.5 m x 4.5 m. Struktur yang terletak di bagian Timur disebut dengan Candi A, sedangkan yang di bagian Barat dinamakan Candi B. Baik candi A maupun candi B keduanya tinggal sisa – sisa pondasinya.
Candi A yang dapat diketahui dari hasil galian kotak U1 B3, U2 B2, U2 B3, U3 B3, U4 B3, U5 B3, U2 B4, dan U2 B5. Antara lain bahwa sisa struktur bata terdiri dari 8 (delapan) lapis bata. Pada sisi Timur dan Selatan dapat diketahui pula bahwa pada 3 lapis terbawah melebar keluar hal ini menunjukkan bahwa konstruksi tersebut merupakan teknis “cakar ayam” yang berfungsi memperkuat pondasi bangunan. Data lain yang ditemukan dari struktur candi A yaitu dinding Utara sebagian sudah mengalami gangguan yang sangat parah atau pernah digali dan dibongkar seluruh lapisan bata yang ada, sedangkan sudut Timur Laut apabila komponen batanya masih ada saat ini berada di bawah pondasi serambi masjid. Ukuran panjang dan lebar dinding bangunan Candi A yang diperkirakan bujur sangkar dapat dipastikan dari dinding sisi Selatan yang diketahui masih utuh sepanjang 6 meter. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa ukuran Candi A berdasarkan panjang dan lebar pondasi yaitu 6 m x 6 m. Untuk ukuran bangunan yang berada di atas permukaan tanah baik bagian kaki, tubuh maupun atap bangunan belum dapat diperhitungkan.
Untuk struktur bangunan bata yang ditemukan dari hasil ekskavasi kotak U2 B9, U3 B9, U4 B9, U5 B9, U5 B11, dan kotak U3 B11. Khusus untuk kotak U3 B11 dan U5 B11 kedua kotak ini diekskavasi untuk mencari atau menampakkan sudut Barat Laut dan Barat Daya, akan tetapi hasil ekskavasi kedua kotak di atas menjelaskan bahwa bata - bata bagian kedua sudut tersebut  telah runtuh dan sudah tidak jelas lagi bagian sudutnya. Data lain yang dapat duiketahui dari ekskavasi Candi B yaitu bahwa kondisi bata di Candi B ini sangat rapuh sehingga spasi atau “nat” antara bata satu dengan yang lain sudah tidak dapat diidentifikasi karena sudah menyatu satu dengan yang lain. Selain rapuh atau lunak bata di Candi B juga terlihat berwarna lebih merah dibanding dengan bata di Candi A yang relative lebih padat dan lebih kuat. Struktur bata Candi B tinggal 4 – 5 (lima) lapis. Candi B yang berukuran lebih kecil (4.5 m x 4.5 m) dapat diperkirakan merupakan candi perwara apabila Candi A yang berukuran lebih besar diasumsikan sebagai candi utamanya. Apabila perkiraan tersebut benar, maka dapat diperhitungkan bahwa candi perwara yang berada di bagian Barat ada 3 buah. Oleh karena antara Candi A dan Candi B berada pada garis lurus, maka kedua candi perwara yang lain masing – masing berada di sebelah Utara dan Selatan Candi B.

Penutup
Dari hasil penelitian Situs Kayen ini ada beberapa rekomendasi yang dapat diusulkan yaitu:
·         Kepada masyarakat Desa Kayen pada umumnya dan khususnya para Pengurus Yayasan Pengelola Makam Ki Gede Miyono dan Situs Kayen, untuk ikut proaktif dalam pelestarian Situs Kayen tersebut.
·         Secara akademis penelitian Situs Kayen belum selesai karena masih banyak pertanyaan penelitian yang belum terjawab seperti misalnya berapa jumlah candi perwara dan adakah batas kompleks percandian Kayen yang berupa pagar keliling. Oleh karena itu direkomendasikan kepada Balai Arkeologi Yogyakarta untuk melakukan penelitian lanjutan hingga tuntas.
·         Rekomendasi juga disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Pati, Jawa Tengah Cq. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pati. Temuan Situs Kayen merupakan data baru dan langka untuk kawasan pantai utara. Temuan candi bata yang diperkirakan sejaman dengan candi – candi yang terbuat dari batu andesit di Jawa Tengah bagian Selatan merupakan asset menarik baik untuk studi tentang sejarah kebudayaan Indonesia, maupun sebagai obyek pengenalan bagi para siswa dan pelajar di wilayah Kabupaten Pati khususnya dalam kaitannya dengan pelajaran sejarah.  Kerjasama antara Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga dan Dinas Pendidikan di Kabupaten Pati akan menghasilkan bahan ajar mata pelajaran muatan lokal.
·         Kepada Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah diharapkan dapat membantu upaya pengelolaan sumberdaya arkeologi Situs Kayen utamanya dalam pemeliharaan situs pasca penelitian tahap pertama yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta. Hasil penelitian yang berupa dua buah sisa – sisa pondasi candi bata ini sengaja tidak ditimbun kembali agar pihak terkait seperti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah langsung dapat menindak lanjuti sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.    (Gun)
      Lihat Laporan Peninjauan Mei 2011
http://www.arkeologijawa.com/index.php?action=news.detail&id_news=133