Selasa, 05 April 2011

Kekalahan Napoleon Bonaparte Akibat Meletusnya Gunung Tambora? *



Masih ingat dengan bencana dahsyat Gunung Tambora april 1815 di Dompu Nusatenggara Barat yang konon ketinggiannya saat itu menyamai ketinggian gunung jayawijaya ? (Baca: Tragedi Tambora Tahun 1815). Ternyata efeknya bukan cuma ada di indonesia.

Kekacauan iklim saat itu melanda kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Setahun setelah letusan itu, pada 1816, kawasan tersebut mengalami tahun tanpa musim panas. Cuaca di kawasan tersebut berubah total. Maklum, partikel abu tadi masih membungkus atmosfer bumi sehingga menghalangi sinar matahari menerobos ke permukaan tanah.

Paceklik pun melanda Kanada, AS, Inggris, dan lain-lain. Udara beku yang terjadi di negara-negara tersebut menghapuskan impian para petani. Penduduk pun kekurangan bahan makanan.
Dampak terparah dialami Irlandia. Di sana curah hujan dingin terjadi hampir sepanjang musim panas. Sekitar 65.000 orang mati kelaparan dan terkena wabah tipus. Wabah ini lalu menyebar ke Eropa dan menewaskan 200.000 orang.

Letusan Gunung Tambora memang tragis. Letusan itu melenyapkan ratusan ribu manusia, baik mereka yang terkena dampak langsung maupun tak langsung. Kisah memilukan ini sesuai dengan nama Tambora yang berasal dari dua kata; ta dan mbora yang berarti ajakan menghilang.

Menurut mitos yang berkembang, masyarakat di sekitar gunung percaya, kabarnya ada sekitar 4.500 pendaki, pemburu, dan penjelajah yang hilang. Mereka itu tak pernah ditemukan di Gunung Tambora yang kini diselimuti hutan dengan aneka bunga anggrek yang sangat mempesona.

NAPOLEON, RAFFLES, dan TAMBORA
Letusan hebat Gunung Tambora pada April 1815 bukan saja melumat dan meluluhlantakkan tiga kerajaan kecil di Pulau Sumbawa. Lebih dari itu, nun jauh di daratan Eropa, tepatnya di Belgia, pasukan tentara di bawah komando penguasa Prancis, Jenderal Napoleon Bonaparte harus bertekuk lutut di tangan Inggris dan Prussia.

Ya, tiga hari setelah Tambora meletus dahsyat, tepatnya pada 18 Juni 1815, pasukan Napolean terjebak musuh. Pasalnya, di sepanjang hari itu cuaca memburuk. Hujan terus mengguyur kawasan tersebut. Padahal, tentara Prancis itu sedang menuju laga pertempuran.

Akibat cuaca buruk, roda kereta penghela meriam terjebak lumpur. Semua kendaraan tak bisa melaju dengan mulus. Tanahnya licin, berselimutkan salju. Maklum, abu tebal dari letusan Gunung Tambora masih bertebaran di atmosfer sehingga menghalangi sinar matahari yang jatuh ke bumi.

Perang Waterloo itu menjadi kisah tragis bagi Napoleon. Kehebatan Napoleon dalam menundukkan musuh-musuhnya berakhir sudah. Ia pun menyerah kalah. Jenderal itu lalu dibuang ke Pulau Saint Helena, sebuah pulau kecil di selatan Samudra Atlantik. Di pulau terpencil itulah ia menghabiskan waktunya hingga meninggal dunia pada 1821 akibat serangan kanker.

Kenneth Spink, seorang pakar geologi berteori, bahwa cuaca buruk akibat letusan Gunung Tambora menjadi salah satu pemicu kekalahan Napoleon. Pada pertemuan ilmiah tentang Applied Geosciences di Warwick, Inggris (1996), Spink mengatakan bahwa letusan Gunung Tambora telah berdampak besar terhadap tatanan iklim dunia kala itu, termasuk cuaca buruk di Waterloo pada Juni 1815.

Di Yogyakarta, letusan Tambora mengagetkan Thomas Stamford Raffles. Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa yang berkuasa pada tahun 1811-1816 itu tadinya mengira ledakan itu berasal dari suara tembakan meriam musuh. Wajar saja demikian karena ketika itu teknologi komunikasi (telegram) memang belum tercipta sehingga letusan itu tak bisa disampaikan ke berbagai penjuru daerah dalam waktu yang relatif cepat.

Takut diserang musuh, Raffles pun lalu mengirim tentara ke pos-pos jaga di sepanjang pesisir untuk siap siaga. Perahu-perahu pun disiagakan. Apa boleh buat, dugaan Raffles keliru. Tak ada serangan musuh.

GunungTambora 1815, Mengguncang Peradaban Manusia

Wednesday, 07 October 2009 00:00 Khatulistiwa Gunung

E-mail Print PDF
gunung tambora Kebanyakan dari kita lebih mengenal Gunung Krakatau dengan sejarah letusan kolosalnya, padahal jika dibandingkan dengan sejarah Gunung Tambora (2.850 m dpl), energi letusan yang dikeluarkan sebanyak 4 kali lebih besar dari Gunung Krakatau. Kehebatan dampak letusannya kepada Manusia dan lingkungan, Dunia barat bahkan menjulukinya sebagai Pompeii dari Timur dan digolongkan sebagai Gunung Berapi yang mempunyai kekuatan ledakan super (Supervulcano) yang artinya proses letusan gunung berapi ini memuntahkan isi perutnya lebih dari 1.000 kubik kilometer atau 240 mil kubik.
Gunung Tambora yang saat itu berbentuk stratovulcano, gunung yang berbentuk runcing pada ujungnya sebagaimana penggambaran awam kita tentang sebuah gunung. Meletus pada tahun 1815 dengan kekuatan peringkat ke tujuh menurut Volcanic Explosivity Index, dan termasuk sebagai ukuran letusan gunung berapi terbesar sepanjang sejarah. Penggambaran kehebatan letusan Tambora 1815 bahwa suara ledakannya terdengar hingga di Pulau Sumatera (lebih dari 2.000 km jauhnya). Abu Vulkanik yang keluar dari gunung diamati juga jatuh di Kalimantan, Jawa, Maluku dan Sulawesi. Korban yang tewas setidaknya terhitung sekitar 71.000 jiwa (mungkin catatan yang paling mematikan dalam sejarah letusan), yang langsung tewas karena letusan terhitung berkisar 11.000 - 12.000 jiwa, dan selebihnya tewas karena dampak lanjutan dari letusan gunung mulai dari wabah penyakit, kelaparan karena kegagalan panen dan dampak perubahan iklim global yang disebabkan oleh letusan gunung Tambora.

Pompeii

pompeiiadalah kota modern pada masa kejayaan kekaisaran Romawi, dekat napoli di wilayah Italia. Pompeii hancur dan benar-benar terkubur karena sekian lama dan panjangnya dampak letusan dari gunung berapi Vesuvius yang terjadi pada 79 M. Runtuhnya gunung tersebut sehingga mengubur Pompeii dibawah 60 kaki dengan abu dan batu apung. Letusan yang berlangsung selama 19 jam dan mengeluarkan sekitar 1 kubik mil (4 kubik kilometer) abu dan batu sehingga juga mengakibatkan kerusakan yang berarti kota tetangganya, Herculaneum. Korban jiwa dari bencana ini diperhitungkan antara 10.000-25.000 jiwa.
Pada masa tersebut, masyarakat Romawi sudah sangat terbiasa dengan getaran-getaran kecil pada buminya. Pada tulisan sejarah yang ditemukan, menjelaskan bahwa "mereka tidak cukup kuatir dengan situasi ini karena cukup sering terjadi di daerahnya". Tujuh belas tahun sebelum letusan Venusius terjadi, Pompeii dan kota terdekat lainnya sudah merasakan gempa tektonik yang cukup kuat yang terjadi pada 5 Februari 92 yang dampaknya juga menyebabkan kerusakan yang cukup luas, khususnya di sekitar daerah teluk Naples.
Setelah bermula dengan gempa kecil pada 20 Agustus 79, mulai sore hari pada 24 Agustus yang secara kebetulan bertepatan dengan festival Vulcanalia - upacara rakyat terkait dengan Dewa Api Romawi, sebuah bencana yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi baru memulai,  dan berdampak menghancurkan wilayah Pompeii serta kota disekitarnya.
Catatan sejarah yang ditemukan dalam bentuk dua surat yang ditulis oleh saksi mata Plinius muda, yang menggambarkan secara rinci proses meletusnya gunung dan dampak yang diakibatkan, termasuk juga menceritakan kematian pamannya yang mencoba melakukan evakuasi korban dengan menggunakan kapalnya.

Letusan yang Bersejarah

letusan tambora Sebelum mengalami letusan puncak gunung Tambora mencapai 4.300 m dpl, ketinggian ini berarti gunung tersebut menempati daftar gunung tertinggi di Indonesia pada masanya. Beberapa abad sebelum letusan, gunung Tambora mengalami masa dormansi atau disebut sebagai masa istirahat. Penggambaran dormansi sesungguhnya adalah seperti biji tanaman sebelum muncul tunas, sebelum mencapai waktu dan tempat yang optimal situasi biji tanaman tersebut melakukan istirahat sementara, tentu saja tidak bisa dikatakan sebagai biji yang mati, meskipun cukup lama tidak bertunas.
Memulai tingkat aktifitasnya dari tahun 1812,  kaldera mulai bergemuruh dan menyebabkan awan hitam. Pada 5 April 1815, sebuah letusan ukuran sedang mulai terjadi, dan diikuti oleh gemuruh suara ledakan sehingga terdengar sampai di Makasar, Sulawesi (jarak 380 kilometer), Jakarta dan beberapa bagian di Jawa lainnya, dan pada paginya tanggal 6 April abu vulkanik yang dikeluarkan mulai jatuh di Jawa Timur, suara ledakan beruntun terjadi hingga 10 April (11 April) semakin keras sehingga terdengar sampai di Sumatera dan Kalimantan.
Dari serangkaian letusan yang terjadi dalam waktu beberapa hari, meledakkan dan memotong gunung dengan lebar hampir satu mil. Kolom vulkanik yang keluar dari perut bumi terbang ke angkasa sejauh 40 km dan kembali ke tanah membuat aliran abu besar piroklastik, batu apung dan puing-puing. Aliran piroklastik sudah berdampak menewaskan orang-orang di jalan-jalan, dan melakukan perjalanan sejauh 1.300 km. Ketika aliran ini mencapai laut, menciptakan sebuah perpindahan yang sangat besar sehingga menyebabkan tsunami setinggi 5 meter yang memancar keluar dari pulau. Dan Tsunami ini juga menyebabkan dampak banjir, kehancuran dan kematian pada pulau-pulau lainnya di Indonesia.

Tabel Perbandingan Dampak Letusan Gunung Berapi Dunia

Letusan Tahun Tinggi Kolom (km) VEI anomaly Musim Panas (°C) Kematian
Mount Vesuvius 79 30 5 ? >2000
Taupo 186 51 7 ?
Baekdu 969 25 6–7 ? ?
Kuwae 1452 ? 6 ?0.5 ?
Huaynaputina 1600 46 6 ?0.8 ?1400
Tambora 1815 43 7 ?0.5 > 71,000
Krakatau 1883 25 6 ?0.3 36,600
Santamaría 1902 34 6 no anomaly 7,000–13,000
Katmai 1912 32 6 ?0.4 2
Mt. St. Helens 1980 19 5 no anomaly 57
El Chichón 1982 32 4–5 ? > 2,000
Nevado del Ruiz 1985 27 3 no anomaly 23,000
Pinatubo 1991 34 6 ?0.5 1202
Sumber: Wikipedia

Tahun tanpa Musim Panas dan Fenomena Pendinginan Global

Tahun 1816 mengalami sebuah kondisi cuaca sangat ekstrim dan terjadi perubahan iklim global anomali, sehingga mendapat julukan sebagai Tahun tanpa musim panas. Pada musim semi dan musim panas yang terjadi di tahun yang sama, kabut kering terlihat di timur laut Amerika Selatan sehingga membuat redup matahari, sebagai gambaran saat itu mata telanjang pun sanggup menatap langsung ke arah matahari pada siang hari. Rata-rata suhu global turun beberapa derajat dari yang semestinya. Perubahan iklim global pada 1816 tercatat juga sebagai dekade terdingin kedua di belahan bumi utara sejak 1400 Masehi.
Pola iklim anomali ini juga dituding sebagai penyebab epidemi tifus di bagian tenggara eropa, banyak ternak mati di New England selama musim dingin 1816-1817. Suhu terlalu dingin juga menyebabkan kegagalan panen sehingga menyebabkan menipisnya bahan makanan. Kelaparan terjadi merata di bagian barat daya dan utara Irlandia dikarenakan kegagalan panen gandum, dan kentang. Krisis ini juga terjadi sangat parah di Jerman, harga bahan pokok pangan melambung sangat tingg, karena banyak yang tidak paham dengan masalah terjadi demo dimana-mana diikuti dengan kerusuhan dan penjarahan di pasar dan toko-toko. Ini adalah gambaran kelaparan terburuk yang terjadi pada kurun abad ke 19 di belahan bumi.
Tahun 1816 juga dikenal sebagai tahun Kemiskinan, karena terjadi perubahan suhu bumi khususnya di belahan utara bumi. Cuaca terganggu di segala penjuru, terlihat di belahan Eropa Barat, Amerika Serikat dan Asia. Epidemi Kolera dan Tipus juga terjadi mewabah menjangkiti masyarakat. Di tempat-tempat seperti New England dan Kanada, embun beku tercatat pada setiap bulan di tahun yang sama serta salju turun pada bulan Juni. Fenomena ini juga di kenal sebagai Pendinginan Global.
Mengapa ini bisa terjadi?,  200 ton juta Sulfur dioksida ditembakkan oleh Gunung Tambora ke Stratosfer. dan cukup berdampak langsung untuk mencegah sinar matahari mencapai permukaan bumi, sehingga menghasilkan penurunan suhu secara keseluruhan. Proses ini secara langsung atau tidak langsung akan mematikan tanaman serta makhluk lain sebagai ujung akhirnya. Lanjutannya adalah kegagalan panen sehingga menyebabkan kelaparan massal serta terjadi peningkatan angka kematian yang cukup tinggi.

Peradaban dan Kebudayaan yang hilang

Hujan abu selama dua hari tiga malam disusul bunyi meriam yang rupanya menandai keruntuhan kawah, disusul lagi hujan pasir dan emboh laut (gelombang pasang,pen). Sebabnya disangka akibat tindakan jahat Sultan Tambora Abdul Gafur. Kerajaan Pekat dan Tambora binasa. Malapetaka itu berakhir berkat orang bersembahyang, tetapi kemelaratan, kelaparan, dan penyakit tidak tertolong. Banyak orang mati karena makan daun ubi beracun. Orang mati bergelatakan di jalan, tidak dikubur, tidak disembahyangkan, mayatnya menjadi mangsa burung, babi, dan anjing. Andai tidak datang pedagang dari luar, penduduk habis mati kelaparan: pedagang itu datang dari pulau – pulau sekitar dan dari Maluku, bahkan orang Arab, Cina, dan Belanda. Mereka membawa beras, gula, susu, jagung, dan kacang kedelai yang ditukarnya dengan piring mangkok, kain tenunan, senjata, barang mas dan perak, sereh, gambir, dan budak.
Begitulah keadaannya ketika Gunung Tambora meletus tahun 1815 dalam naskah Bo’Sangaji Kai, yang disunting oleh Chambert-Loir, dalam buku Kerajaan Bima dalam Sastra dan Sejarah.

Bahan Bacaan

  1. Stratovolcano, wikipedia english. dibaca 2009-10-25
  2. Tambora, The Year Without a Summer, earlham.edu. dibaca 2009-10-27
  3. Year Without Summer, http://en.wikipedia.org, dibaca 2009-10-27
  4. Mount Tambora, http://en.wikipedia.org, dibaca 2009-10-27
  5. Tambora, lost culture http://en.wikipedia.org, dibaca 2009-10-27
  6. Eighteen Hundred and Froze To Death http://islandnet.com
  7. Menggali Peradaban yang Terkubur, http://tempointeraktif.com, dibaca 2009-10-28
  8. H.M Agus Suryanto, Letusan Tambora Misteri kelahiran Kerajaan Dompu Baru, http://dompu.go.id, dibaca 2009-10-28                                                                                                        http://khatulistiwa.info/gunung/14-gunung-tambora-mengguncang-peradaban.html

Senin, 04 April 2011

Museum Ronggowarsito

Satu-satunya museum di kota Semarang yang saya bisa kunjungi adalah Museum Ronggowarsito. Museum tentara Mandala Bakti ternyata tutup ketika saya berkunjung ke sana. Terletak di Jl. Abdulrachman Saleh, obyek wisata pendidikan Museum Ronggowarsito ini merupakan bangunan dua lantai yang menyimpan berbagai jenis koleksi, seperti kerajinan tangan dan seni dari daerah Jawa, foto dan benda dokumenter lain yang berasal dari masa perjuangan kemerdekaan, keris, lukisan, dan warisan budaya Jawa lainnya.
Nama Museum Ronggowarsito berasal dari nama seorang pujangga Jawa terkenal yang hidup pada abad 19, yang juga merupakan ahli nujum Keraton Kasunanan Surakarta. Karyanya yang dikenal luas serta banyak dikutip adalah Serat Kalatidha yang secara harafiah berarti sebuah buku atau sebuah catatan tentang masa yang penuh ketidakpastian atau yang absurd.
Berikut adalah petikannya:
Amenangi jaman edan (mengalami jaman gila)
Ewuh aya ing pambudi (menyusahkan bagi pikir)
Melu edan nora tahan (ikut gila tidak tahan)
Yen tan milu anglakoni (jika tidak ikut melakukan)
Boya kaduman melik (tidak akan kebagian)
Kaliren wekasanipun (kelaparan pada akhirnya)
Ndilalah karsa Allah (namun kehendak Allah)
Begja-begjane kang lali (sebahagia apa pun yang lupa)
Luwih begja kang eling lawan waspada (lebih bahagia yang ingat dan waspada)

Museum Ronggo Warsito
Fosil gajah yang berada di ruang Geologi, lantai 1 Museum Ronggowarsito. Museum Ronggowarsito ini dibangun di atas tanah seluas 2 hektar. Keberadaannya sendiri mulai dirintis sejak tahun 1975, namun Museum Ronggowarsito baru diresmikan pada 5 Juli 1989.
Museum Ronggo Warsito
Sebuah fosil tanduk kerbau yang berasal dari Sangiran, yang diselamatkan pada tahun 1982, koleksi Museum Ronggowarsito.
Museum Ronggo Warsito
Sebuah koleksi fosil Pithecanthropus erectus (sekarang Homo erectus) yang berasal dari daerah Sangiran, disimpan di lantai 2 di Ruang Palaentologi Museum Ronggowarsito.
Museum Ronggo Warsito
Gunungan yang terbuat dari kayu ukir yang halus dan indah, koleksi Museum Ronggowarsito.
Museum Ronggo Warsito
Koleksi berbagai jenis keris juga disimpan di dalam Museum Ronggowarsito, diantaranya adalah Keris Jalak yang dipercaya mampu mengusir kekuatan jahat.
Museum Ronggo Warsito
Koleksi sebuah sepeda tua di Museum Ronggowarsito, yang sudah tidak lagi terlihat di jalanan.
Museum Ronggo Warsito
Diorama yang menampilkan tokoh Arjuna, sang pemanah ulung (termasuk pemanah hati wanita), lengkap dengan para punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong, koleksi Museum Ronggowarsito.
Museum Ronggo Warsito
Diorama yang menggambarkan pandai besi tradisional yang tengah bekerja di tempat penempaan, koleksi Museum Ronggowarsito.
Museum Ronggo Warsito
Ilustrasi yang melukiskan perkakas gilingan tebu tradisional dengan sapi sebagai tenaga penggeraknya, koleksi Museum Ronggowarsito.
Museum Ronggo Warsito
Pawon yang masih banyak dijumpai di desa-desa terpencil, dan masyarakat kurang mampu, koleksi Museum Ronggowarsito.
Museum Ronggo Warsito
Koleksi Museum Ronggowarsito yang menunjukkan foto semasa perjuangan kemerdekaan.
Museum Ronggo Warsito
Koleksi Museum Ronggowarsito berupa benda-benda yang berhubungan dengan Jenderal Soedirman, seperti tandu yang digunakan semasa bergerilya.
Museum Ronggo Warsito
Tampak muka Museum Ronggowarsito dengan bangunan berbentuk Joglo.
Masih banyak lagi koleksi Museum Ronggowarsito Semarang yang tidak ditampilkan di sini. Semarang, berasal dari bahasa Jawa “asem” dan “arang”, adalah ibukota propinsi Jawa Tengah yang selain terkenal karena sungainya yang meluap disaat musim penghujan, namun juga merupakan kota ramah yang menawarkan banyak jajanan dan makanan yang lezat, serta tempat menarik untuk dinikmati oleh para pelancong, termasuk Museum Ronggowarsito ini.

Museum Ronggowarsito

Jl Abdulrahman Saleh No 1, Semarang.
Telp. (024) 7602389, Fax. (024) 7602389
Buka Selasa – Minggu dari jam 8.00 – 15.30.
Museum tutup pada hari Senin.
Tiket masuk Rp.2.000

Lihat peta Museum Ronggowarsito dalam ukuran besar

Koleksi Museum Ranggawarsita 59.784 Unit

Entertaiment | January 10, 2011 at 18:10

museum ronggowarsito semarang Koleksi Museum Ranggawarsita 59.784 Unit
(ANTARA News) – Jawa Tengah Ranggawarsita mencatat total koleksi yang dimiliki hingga sekarang mencapai 59.784 unit yang terdiri dari berbagai kategori koleksi.
“Koleksi terbanyak adalah kategori numismatik-heraldika, yakni mata uang dan tanda pangkat,” Kepala Seksi Pengkajian dan Pelestarian , Kussunartini di , Senin.
Ia menyebutkan bahwa jumlah koleksi numismatik-heraldika tersebut mencapai 44.961 unit, kategori etnografi sebanyak 6.803 unit, dan koleksi benda-benda arkeologi berjumlah 5.211 unit.
Jumlah koleksi keramik, dia, sebanyak 1.199 unit, biologi sebanyak 617 unit, historika sebanyak 318 unit, seni rupa 397 unit, dan geologika berupa batuan alam sebanyak 200 unit.
“Kalau koleksi yang jumlahnya masih sedikit kategori filologika, berupa naskah atau manuskrip yang hanya 36 unit dan teknologika, seperti mesin ketik kuno sebanyak 42 unit,” katanya.
Menurut dia, dari seluruh koleksi yang dimiliki tersebut, koleksi berupa keramik langkah perawatannya lebih rumit dibandingkan koleksi lain, sebab rentan rusak atau pecah.
“Bahkan, cara memegang dan membawanya juga tidak boleh sembarangan, misalnya harus dipegang dengan dua tangan dengan posisi tertentu dan harus memakai sarung tangan,” katanya.
Terkait asal-usul koleksi tersebut, ia mengatakan ada koleksi yang merupakan hibah atau pemberian, dan titipan, termasuk dari perorangan yang memilih menitipkannya di .
Ia mengatakan bahwa pihaknya siap menerima jika ada pihak yang ingin menitipkan benda bersejarah yang dimilikinya di sebab langkah perawatannya lebih terjamin dibanding disimpan sendiri.
“Namun, koleksi yang berupa titipan jumlahnya memang sangat kecil dibandingkan koleksi yang sudah menjadi milik ,” katanya tanpa menyebutkan berapa jumlah koleksi titipan.
Kalau untuk titipan, dia, pihaknya sebenarnya memberikan tenggat waktu benda itu dititipkan di agar tidak ada orang yang seenaknya menitipkan dan mengambilnya kembali.
“Sebab, pernah juga ada orang yang menitipkan benda pusaka, seperti keris, namun tidak lama diminta lagi. Kami tidak mempermasalahkan dan mengembalikan kepada pemiliknya,” Kussunartini.
(ANT/S026)
http://arsipberita.com/show/koleksi-museum-ranggawarsita-59784-unit-134153.html

Sabtu, 02 April 2011

HARUN YAHYA

ATLAS PENCIPTAAN
Buku ini akan memberikan Anda bukan hanya informasi tentang apa itu fosil dan di mana serta bagaimana ditemukan, namun juga penelitian lebih dalam beragam spesimen fosil yang jutaan tahun umurnya dan tetap mampu menyerukan, "Kami tidak pernah mengalami evolusi; kami diciptakan."
Seputar Media
Seputar Media
Seputar Media

MENGAPA ISLANDIA KINI MENJADI ''TANAH AMBLE''?
ATLAS PENCIPTAAN: RUJUKAN PENDUKUNG PENCIPTAAN MUSLIM - 02.03.2008
KEDIKTATORAN DARWINIS - 29.09.2008
TOKOH PENCIPTAAN TURKI MENANTANG DAWKINS - 19.08.2008
BUKU YANG MENYANGGAH EVOLUSI DI SETIAP 800 HALAMANNYA - 19.09.2008
MASYARAKAT INDONESIAN MENGANGGAP HARUN YAHYA SEBAGAI PAHLAWAN - 28.07.2008
KEPEMIMPINAN TURKI SEDANG DIKUKUHKAN